Putri
sulung saya Aisha, sejak bayi sudah kelihatan kalau dia suka dengan kebersihan.
Hal ini nampak ketika dia sedang pup atau popoknya basah akan selalu menangis
bila tidak segera saya ganti. Dan ini terbawa hingga dia besar. Di dalam
rumahpun selalu memakai alas kaki, sampai umurnya sudah 1,5 tahun dia belum
bisa berjalan saya sangat sedih. Berbagai terapi kami jalani seperti
mengajaknya berjalan atau “tatah” diatas rumput berembun atau bebatuan. Namun
Aisha selalu menangis karena merasa risih kakinya kotor.
Kami
tidak mudah putus asa selalu mencoba dan menstimulasinya. Dan bersyukur genap
diusianya 20 bulan dia bisa berjalan. Waktu berumur 2 tahun kami memasukkan
Aisha ke sebuah Playgroup. Dan masih seperti dulu waktu out bound seperti
bermain pasir, menanam padi, menangkap ikan di tambak. Aisha hanya diam dan
sukses mematung sebagai penonton saja, bahkan semua guru sudah berusaha
membujuknya untuk turut terjun dalam kegiatan tersebut, namun Aisha tetap saja
kurang tertarik.
Saat
pillow talk bersama suami, kami membahas hal ini. Dan muncul ide cemerlang dari
suami untuk menstimulasi sendiri dirumah. Yaitu dengan cara membiasakan Aisha memberi
mainan-mainan kotor yang aman. Seperti tepung terigu, ampas kelapa yang diberi
pewarna makanan bermacam-macam. Saya mengajaknya untuk turut mengaduk-aduk dan
meremas-remas menggunakan tangannya. Awalnya dia juga tidak tertarik, hanya
melihat dan mengengam tangannya. Saya tetap asyik dengan tepung terigu
warna-warni dicampur dengan air. Sedikit demi sedikit akhirnya dia mulai
menyentuhnya, meskipun sekedar menusuk-nusukan jari telujuknya keadonan tepung
dan ampas.
Sejak
saat itu, saya membuat jadwal bermain dengan hal-hal kotor minimal seminggu
sekali. Saya menamainya “Hari Kotor”. Untuk mengihindari kebosanan, obyeknya
selalu saya bedakan setiap minggunya. Misalkan minggu ini dengan obyek tanah
liat maka minggu selanjutnya pasir atau lumpur begitu seterusnya.
Jika
sedang menggunakan obyek tanah liat biasanya kami bermain aneka bentuk dan hurung
atau angka yang kami bentuk dari pilinan tanah liat seperti lilin warna. Karena
lilin warna sudah sering di gunakan di sekolahnya, maka saya menggunkan tanah
liat di rumah supaya Aisha merasa tertarik dengan hal baru yang dia lihat.
Kegiatan
memilin-milin tanah liat ini sangat bagus untuk motorik halusnya sehingga
memudahkan mengajarkan belajar nulis, jika bosan kadang saya selingi dengan
mengunting kertas aneka warna.
Pasir
yang saya beli di toko bangunan, saya campur dengan sedikit air sehingga agak
basah. Mudah bagi Aisha untuk mencetak pasir tersebut dengan aneka cetakan
seperti kepiting, bintang laut, kerang dan aneka binatang air lainnya. Hal ini
sambari mengenalkan nama-nama benda yang ada di pantai, binatang air dan
lain-lain.
Kadang
ampas kelapa yang sudah saya beri warna-warni, saya jemur dan setelah kering
saya gunakan untuk kreasi mozaik. Hal ini melatih ketekunan karena menyusun
ampas di atas media kertas atau kaca dengan lem itu tidak mudah dan butuh
kesabaran ekstra bagi anak seusian Aisha yang mana waktu konsentrasinya belum
bisa bertahan lama.
Memang
semua butuh proses, lambat laun akhirnya Aisha begitu menyukai hari kotor ini.
Kalau dulu saya melindungi bajunya dengan celemek dan dia nurut saja, sekarang
tidak mau pakai celemek. Mungkin dia merasa tidak bebas bergerak.
Mengingat
sebuah penelitian, anak jadi mudah menyerap ilmu dimasa balitanya dan
disampaikan dengan cara menyenangkan, maka saya tidak menyiayiakan kesempatan
ini. Diusianya golden age dengan sarana bermain kotor, saya selalu menyematkan
nilai-nilai pendidikan seperti pengenalan warna, bentuk, huruf, angka dengan
cara membuat aneka bentuk dengan tanah liat yang saya beli dari toko kesenian
atau kadang lilin warna.
Kegiatan
ini kadang saya selingi dengan menyanyi dan tebak-tebakan sehingga Aisha tidak
mudah bosan. Dan sebisa mungkin saya mengajaknya berhenti bermain sebelum dia
merasa bosan. Jadi permaian hari kotor ini tetap menjadi permaian favoritnya.
Aisha
sangat menyukainya, sehingga dia juga tidak merasa kalau sebenarnya sedang
belajar. Dan hasilnya sungguh luar biasa, diusianya belum genap 5 tahun, dia
sudah lancar calistung. (membaca, menulis dan berhitung). Sekarang usianya
sudah 6 tahun dan mulai suka menulis cerita. Hal ini saya perhatikan ketika dia
selesai menggambar dan mewarnai selalau di balik kertas gambarnya ada beberapa
kalimat yang membentuk paragraf menjadi sebuah cerita berisi tentang gambarnya.
Biasanya
jika sudah selesai dia minta bintang kepada saya dan minta hasil karyanya itu
di foto. Alhamdulillah Aisha putriku menjadi siswa terbaik di sekolahnya. Tidak
jarang menjuarai event lomba mewarnai saat mewakili sekolahnya.
Kemudian metode inipun saya terapkan kepada
Keisha adiknya. Ternyata Keisha mempunyai karakter berbeda banget denga
kakaknya Aisha. Kalau kakaknya takut dan jijik dengan hal-hal kotor, Keisha
tidak sama sekali. Dia sangat berantusias menyambut hari kotor. Tidak perlu
stimulasi lagi untuk mengajak dia terjun dalam permainan kotor seperti Aisha
dulu.
Dan
sekarang sang kakak sudah pintar menjadi guru bagi sang adik, dengan menirukan
gaya bicara saya dia juga tidak pernah berhenti sambil mengenalkan semua hal
baru kepada adikknya.
Seperti
difoto ini, Aisha sedang mengenalkan warna merah, hijau dan konsep kanan, kiri
dengan cara menjiplakkan kakinya kedinding setelah dicelupkan dalam piring
dengan pewarna makanan. Sesekali mereka bernyanyi sambil tertawa riang. Mereka
berdua nampak asyik menikmati cara belajar sambil bermain seperti ini.
Harapan
saya mudah-mudahan Keisha bisa mengikuti jejak kakaknya, lancar calistung juga
dengan metode ini. Mereka berdua selalu berteriak riang saat saya menyerukan
"Saatnya
hari kotorrrr...!" dan langsung disambut dengan kata
"Horeee....!"
oleh mereka berdua.
Saya
sangat senang dengan temuan ide suami yang begitu brilian ini. Tumbuhlah besar
putri-putriku, jangan pernah takut noda lagi untuk bereksplorasi diduniamu.
Mama dan Ayah selalu ada buat kalian. Cinta dan doa kami tak kan pernah
terputus buat Aisha dan Keisha. Terimkasih ya Robb...telah Kamu percayakan kami
untuk menjaga amanahMu ini.
Bimbinglah
kami selalu di jalanMu dalam mengasuh dan mendidik mereka. Berilah kami selalu
kesabaran yang tak terbatas untuk menghadapi keaktifan mereka. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar