Kamis, 26 Oktober 2017

Salam Tak Terjawab

Dikaki subuhnya dalam rinai hujan yang masih menghiasi bumi Jakarta, setelah panah-panah air itu lelah menghujam sejak dini hari, membuat udara sejak hingga suami dan anak-anakku tidur sangat pulas meskipun tanpa AC.

Setelah menyelesaikan dua rakaat, kututup dengan doa dan melipat mukenaku. Seperti biasa kesibukan selanjutnya adalah menyalakan kompor, mesin cuci dan rice cooker agar semua bisa selesai bersamaan. Sebelum larut tenggelam dalam aktivitas ibu rumah tangga, terdengar sayup pintu rumahku diketuk.

Aku melangkah menuju ruang depan untuk membuka pintu. Subhanallah ternyata paman dari kampung berkunjung ke rumah. Setelah kujabat tangan, kupersilahkan paman masuk meskipun agak basah.

"Aduh paman kehujanan ya, ayoo sini masuk!"

"Paman kok tidak berkabar dulu kalau mau kesini?"

"Mau bikin kejutan ya?"

"Paman sendirian saja, mana bibi sama Dini?"

"Paman, sudah sholat?"

Aku sibuk mencari keset untuk paman sambil nyerocos melempar pertanyaan-pertanyaan. Tapi tak satupun pertanyaanku dijawab oleh beliau. Ah mungkin beliau tidak mendengar kataku dalam hati, karena aku bertanya sambil jalan sana sini mencari keset dan mengambil handuk untuk membasuh kepalanya yang basah oleh air hujan.

Setelah mengeringkan badan, beliau langsung masuk ke kamar tamu yang sudah saya sediakan.

"Paman, ini teh hangatnya ya. Di meja luar"

Aku bicara dari balik pintu kamar tamu yang tertutup rapat.

Setelah menyiapkan semua sarapan dan bekal untuk suami dan anak-anak, kemudian aku melepas mereka untuk ke kantor dan sekolah. Jika pagi hari, anak-anak berangkat sekolah diantar oleh suamiku dan ketika pulang tugasku yang memjemput mereka.

Setelah semua berangkat, aku mengerjakan tugas domestik lanjutan, cuci piring, menyapu dan mengepel. Belum selesai mengepel lantai rumah. Mesin cuciku menjerit artinya mencuci telah selesai dan pakaian siap dijemur. Baiklah, setelah mengepel lanjut menjemur pakaian diatas atas.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB waktunya jemput sekolah adek. Makan untuk paman pun sudah saya siapkan.

"Paman, saya jemput adek dulu ya. Assalamu'alaikum.."

Lagi, salamkupun tidak terjawab. Nampaknya paman masih tertidur pulas, mungkin kecapekan habis perjalanan jauh naik kereta.

Baru beberapa meter aku menjalankan motorku, tetiba terdengar bunyi panggilan dari handphoneku. Aku membiarkannya, nanti saja jika sudah sampai sekolahan akan aku telp balik, pikirku. Numun nada dering itu kembali terdengar. Baiklan aku mengalah, menepi dan mematikan mesin motor. MAMI, sebuah nama nampak di layar handphoneku.

"Assalamu'alaikum..ada apa Mi?"

"Wa'alaikumsalam, tidak apa-apa.  Ini mami mengabarkan kalau sekarang sudah didalam bus perjalanan ke Sukorejo ada lelayu, adik papi meninggal" suara dari seberang sana yang nyaris membuatku tak percaya.

"Adik Papi meninggal ?" Tanyaku tak percaya dan tidak melafat kalimat istirja'

"Iya adik papi meninggal.."

"Lho, paman sedang main ke sini kok Mi, beliau sedang tidur dirumah, baru sampai tadi subuh kehujanan"

"Yan, jangan bercanda kamu ya. Mami dapat kabar lelayu, paman semalam kecelakaan dan meninggal"

Aku masih tak percaya, kututup pembicaaran itu tanpa salam kemudian puter balik kerumah, memastikan bahwa paman baik-baik saja dan sedang tidur dikamar.

Setelah kuparkir motor, langsung kubuka pintu dan menuju kamar tamu.

"Assalamu'alaikum, paman...paman"

Berulang kali kuketuk-ketuk pintu tapi tidak ada jawaban jua. Akhirnya kuberanikan diri mendorong pintu. Betapa terkejutnya aku, ketika kudapati tempat tidur yang kosong dan semua benda utuh seolah tak tersentuh ditempat masing-masing.

Mataku mulai menghangat, ada genangan bening yang membola disudutnya, perlahan jatuh satu dua dan menganak sungai di kedua pipiku. Tubuhku mulai lunglai, jadi kabar itu benar adanya. Lalu, lalu, siapa yang kuajak bicara subuh tadi? Ataukah ?

Pantas saja tangan yang ku jabat dingin, kukira karena air hujan. Pantas saja semua pertanyaanku tidak dijawab. Pantas saja salam ini, akan menjadi salam yang tak terjawab selamanya. Selamat jalan paman

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un

Selamat jalan paman, semoga Allah mengampuni semua dosa-dosamu.





Rabu, 16 Oktober 2013

Putus Nyambung ke 13


Tanggal 13 Februari 2012 sebelum datangnya hari valentine sekaligus hari ulang tahunku, aku mendapat kejutan luar biasa dari kekasihku. Danang.  Via sms dia bercerita besok tidak bisa merayakan hari ulang tahunku bersamanya karena ada pertandingan sepak bola di luar kota yang harus dia hadiri bersama timnya. Sebagai kekasih seorang pemain sepak bola, aku bisa memahami hal ini.

Malam itu dia meminta menutup mataku dengan kain yang sudah dia siapkan. Suasana hening sesaat, aku  masih duduk disampingnya lengkap dengan sabuk pengaman sesekali kurasakan gengaman tangan dan bisikan lembut kata cintanya di telinga kananku, mungkin dia melakukannya saat di traficlight.

 “Aku akan kamu bawa kemana Dan?” tanyaku saat pintu mobil mulai dibuka olehnya

“Nanti kamu juga akan tahu Valen” jawabnya sambil menuntun langkahku.

Sungguh aku tidak bisa menebak sedang berada dimana aku ini, tempat ini begitu asing bagiku. Kurasakan udara dan angin malam yang begitu dingin menusuk tulang, karena aku hanya mengenakan kaos tanpa lengan dengan motif angka 13 di belakangnya. Aku jadi suka angka 13 sejak menjadi kekasihnya, karena dia seorang pemuja angka 13 yang menurut banyak orang adalah angka sial. Tetapi tidak bagi dia yang selalu lucky dengan gol-gol cantik yang bisa dia cetak jika sedang memakai kaos dengan nomor dada 13 saat bertanding. Dan dia besok bertanding lagi, aku yakin gol-gol cantik tetap bisa dia cetak meskipun aku tidak menyaksikannya karena angka 13 ada di dadamu sayang.

“Stop Valen...kita sudah sampai” bisiknya sambil menghentikan langkahku. Perlahan kurasakan kain penutup mataku mulai terbuka. “Valen..sekarang buka matamu”. Kubuka mataku perlahan, aku masih tidak percaya dengan penglihatanku karena hanya gelap yang kudapati. Kukercap-kercapkan, kemudian ada setitik cahaya kecil. Ya, kulihat sebuah lilin kecil diatas meja bernomor 13.

“Dan tempat apa ini, tidakkah berlebihan?”

“ Kita sedang  berada di belakang hotel mercure Ancol Valen, lihatlah itu adalah pantai Ancol. Selalu ada yang lebih buat kamu Sayang”.

“Sungguh ini berlebihan buatku Dan” bisikku dalam hati, masih sambil melihat semua hidangan istimewa yang sudah tersaji diatas meja. Ada kepiting bakar, cumi bakar dan masih banyak lagi menu seafood kesukaanku lainnya. Bahkan aku menghitungnya dalam hati. Ya Tuhan, jumlah menu inipun ada 13 lengkap dengan buah dan desertnya.

“Hai..Valentina kok ngalumun, ayo duduk sini” katanya sambil menarik sebuah kursi untukku.

“Eh iya terimakasih”.

 Tawa kecil kami sesekali terdengar diantara obrolan ringan sambil menikmati hidangan, sampai  Dan mengengam tanganku dan heningpun tercipta.

“Valen, ada sesuatu yang ingin ku sampaikan kepadamu”

“Ada apa Dan? Katakanlah!”

Sungguh apa yang kudengar dari bibirnya sulit untuk dipercaya. Serasa diajaknya terbang di langit lapisan teratas dan kemudian di hempaskannya lagi ke bumi lapisan terbawah. Setelah semua kejutan indah yang begitu istimewa membuatku terlena dan bahagia. Sekarang dia bilang akan mengakhiri hubungan kami, dengan alasan lelah atas semua amarahku . Karena  selalu minta putus jika sedang berantem dan kemudian nyambung lagi.

Katanya dia merasa bosan selalu menjadi pihak yang harus membujuk dan memberi pengertian bahwa dia begitu mencintai aku dan tidak mau aku memutuskannya. Akhirnya kami balikan, begitu seterusnya selama 3 tahun hubungan kami. Jika di hitung sudah 12 kali kami putus nyambung, kemudian apakah ini akan menjadi putus nyambung yang ke 13. Ah tidak, kurasa semua memang akan benar-benar berakhir. Selama ini dia belum pernah berbohong kepadaku.

“Ciyus, miapah?” tanyaku berusaha menyembunyikan rasa kecewa dan bercanda. Tetapi kembali dia mengulang alasan yang sudah dia ceritakan tadi. Akhirnya jebol juga air ini, yang dari tadi berusaha kubendung.  Aku menangis sejadi-jadinya, tidak peduli berpasang mata menatapku. Udara dan angin pantai yang tadinya dingin begitu panas kurasa.

Aku berusaha berlari darinya karena tidak ada taxi yang bisa ku tumpangi, dia pun tidak kalah cepat mengejarku. Dia berhasil menangkapku ditepi jalan itu, aku masih menangis dengan muka tertutup kedua tanganku. Kurasakan pelukannya sambil berbisik “Selamat ulang tahun Valentina, aku sayang kamu bidadariku”.

Sungguh drama yang indah, menjelang hari ulang tahunku yang ke 20. Inilah kado yang tidak akan pernah ku lupakan darimu Dan. Ya, ini adalah putus nyambung kita yang ke 13. Ternyata begini sakitnya mendengar kata putus dari orang yang kita sayangi, tetapi aku begitu mudahnya mengucapkan kepadamu. Aku tidak mau lagi mengucapkannya, aku berharap tidak ada putus nyambung berikutnya. Semoga putus nyambung ke 13 ini menjadi terakhir dalam kisah kita.
***
Masih banyak lho kisah menarik lainnya dalam buku antologi "Misteri Angka 13"

Selasa, 15 Oktober 2013

Si Workaholic


 
Suamiku adalah tipe orang workaholic jika sudah bekerja bisa jadi lupa segalanya. Lupa makan, lupa tidur, lupa kalau di rumah itu ada anak istri dan lain-lain. Untung ya punya istri seperti aku yang super cerewet mengingatkan. Setiap saat setiap menit sering sms atau menelponnya sekedar mengingatkan.

            “Ayah, sudah makan?”

“Ayah sudah sholat?”

“Ayah sudah minum obat?”

Bahkan tidak jarang aku menyuapinya saat dia sedang mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Karena sudah waktunya makan tetapi belum makan juga, padahal sudah saya siapkan di piring lengkap dengan lauk dan sayur berkuah. Jika tidak segera dimakan, nasi jadi melar tidak enak. Sampai anak-anakku bertanya kepadaku,

“Mama, ayah sudah besar kok makannya masih disuapi?”

“Iya Kak, mama kan sayang ayah..” suamiku menimpali dengan mulut masih penuh nasi dan kedua tangannya sibuk mengetik diatas keybord laptop.

Meskipun kadang aku merasa cemburu dengan pekerjaannya, aku merasa diduakan tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa karena itu memang sudah menjadi tuntutan  pekerjaan. Disisi lain aku juga bangga mempunyai suami dengan dedikasi yang tinggi. Dan sering mendapatkan penghargaan prestasi kerja yang baik dari atasannya.

Jika dia sedang dinas luar kota, akulah ibu dan bapak bagi anak-anakku. Semua pekerjaan yang biasa kami kerjakan berdua, kini ku kerjakan sendiri karena kami tidak pernah mempunyai seorang pembantu. Mulai dari antar jemput kakak ke sekolah maupun bimbel. Kadang tengah malam harus berobat ke dokter karena si kecil mendadak sakit deman dan diary. Dalam kondisi hujan deras ku gendong kakak di belakang dan adik di depan, langkahku terseok-seok membawa beban dua tubuh bocah yang tidak ringan. Tangan kananku membawa payung, menembus tabir hujan dan dinginnya malam menuju jalan raya untuk naik bajaj.

Demi mereka aku bisa tegar dan kuat menjalaninya, aku tidak mau terlambat membawa adik ke dokter karena penyakitnya. Meskipun sebenarnya hati ini menjerit, aku berusaha tersenyum didepan mereka. Ya, selama perjalanan ke dokter suamiku terus menanyakan kabar kami via sms, bisa ku rasakan begitu cemasnya dia di sana. Tapi tidak bisa berbuat apa-apa, jarak yang begitu jauh karena sedang menjalani dinas di Aceh selama satu minggu dan aku di Jakarta hanya dengan kedua putri kecilku. Tak ada satupun saudaraku atau orang tua yang tinggal di Jakarta, tetanggapun kami tidak begitu akrab karena memang baru pindah dinas dari Sampit.

Sesekali ku lihat wajah adik dalam balutan selimut yang ku dekap di dada, badannya deman, wajahnya pucat dan matanya kelihatan cekung. Sementara sang kakak sesekali mengeluh kalau punggungnya basah oleh air hujan, karena payung yang kami pakai tidak bisa melindungi dengan sempurna.

Suamiku, tahukah kamu? Meskipun bayak hal yang bisa ku lakukan sendiri tanpamu. Tetapi tetap ada hal-hal yang tidak bisa ku lakukan sendiri jika aku sedang rindu padamu. Rindu akan belaian dan kasih sayangmu, rindu akan peluk dan kecup ringan bibirmu. Aku tidak bisa melakukan itu semua sendiri tanpamu. Oleh karena itu, aku perlu rentang pelukmu, aku butuh bahumu untuk bersandar ketika lalah mendera, aku butuh penawar dari semua rindu yang ada.

Ku akui kami tidak pernah sedikitpun kekurang dalam hal materi, tetapi kami begitu haus akan peluk dan belai kasihmu, kami rindu kebersamaan yang dulu pernah terbina dengan indah. Tidak..tidak seperti saat ini dimana engkau lebih sibuk dengan pekerjaan dan semua gadgetmu.

Saat dalam kereta api perjalanan pulang kampung pun dia masih sibuk bekerja dengan laptopnya. Sesekali mengangkat telepon yang tak henti-hentinya berdering dari HP satu dan yang lainnya. Di dalam tas ransel suamiku yang selalu dibawa kemana-mana itu ada dua unit laptop, dua unit ipad dan tiga unit handphone. Aku pernah mengangkatnya bergemingpun tidak, sungguh berat. Bahkan disaat hari liburpun dia masih lembur di kantor, tidak adakah sedikit waktu buat kami?

Ku coba bicara baik-baik kepadanya hasilnya sama saja, tidak ada perubahan sedikitpun. Hatiku semakin menangis, kami merasa semakin jauh saja dengannya. Sedih jika kakak bertanya

 “Mama kapan ayah pulang?”

Aku tidak pernah menjawabnya, namun langsung ku telponkan suamiku biar kakak bertanya langsung kepada ayahnya. Dan jika sudah begitu sang kakak tidak pernah lagi bertanya kapan ayah pulang sampai suamiku pulang.

Jika aku sedang ingin bercerita banyak kepadanya, semua kutuangkan dalam coretan dan seolah-olah aku sedang bercakap dengannya. Karena bila sedang di telpon dan ingin bicara banyak pun, seringnya telponku di akhiri dengan halus.

“Maaf ya Mama, ayah sedang ada rapat. Nanti ayah telpon balik”

Sesekali ku tag dia via note di facebook atau kadang ku email semua coretan isi hatiku yang sedang marah, sedih, rindu atau sekedar cerita-cerita kecil tentang perkembangan anak-anak yang dia belum tahu.

Ini sedikit kutipan note di facebooku untuk dia yang aku dapat dari fanpage La Tahzan.

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti setelah seharian bekerja kamu tidak segera pulang dan memilih bertemu teman-temanmu. sedang seharian aku sudah begitu lelah dengan cucian dan setrikaan yang menumpuk dan aku tidak sempat bahkan untuk menyisir rambutku, anak dan rumah bukan hanya kewajibanku karena kamu menikahiku bukan untuk jadi pembantu tapi pendamping hidupmu dan jika boleh memilih aku akan memilih mencari uang dan kamu di rumah saja sehingga kamu akan tahu bagaimana rasanya.

Jangan jadikan aku istrimu, jika nanti kamu lebih sering di kantor dan berkutat dengan pekerjaanmu bahkan di hari Minggu daripada meluangkan waktu bersama keluarga. Aku memilihmu bukan karena aku tahu aku akan hidup nyaman dengan segala fasilitas yang bisa kamu persembahkan untukku Harta tidak pernah lebih penting dari kebersamaan kita membangun keluarga karena kita tidak hidup untuk hari ini saja. Dan seterusnya.

Setelah membaca note itu, suamiku sedikit berubah. Pulang lebih awal dan sering makan siang di rumah. Di hari Minggu mengajak kami rekreasi. Tetapi sayang hal ini berlangsung hanya beberapa bulan saja. Sisanya sampai hari ini seperti sebelumnya, sering pulang malam. Membawa pekerjaan kantor ke rumah dan lain-lain yang menyita banyak waktunya hingga tidak tersisa buat kami.

Doa dan harapku tidak pernah kering di bibir agar suamiku seperti dulu yang pintar membagi waktu antara pekerjaan, kuliah dan keluarganya. “Kami menyayangimu Ayah..”
 
***
Baca kisah menarik lainnya dalam buku "Harapku Untukmu"
 

Sabtu, 12 Oktober 2013

Menyulap Sampah Menjadi Ipad


Saya adalah ibu rumah tangga dengan kesibukan sehari-hari mengelola online shop saya “Gerai Dhanays”. Selain itu, saya mempunyai hobi menulis dan mengikuti berbagai lomba atau kuis baik via online maupun offline. Tidak jarang saya melibatkan suami dan anak-anak sebagai model untuk lomba foto yang saya ikuti.

Mengikuti berbagai lomba atau event menulis membuat otakku aktif untuk berfikir dan menelurkan ide-ide liar yang siap untuk berkompetisi dengan kontestan lainnya. Dengan begitu secara tidak langsung jadi terasah setiap saat dan tidak bebal karena diam. Sebagai seorang kuter atau kuis hunter saya dituntut pandai dan cerdik dalam menampilkan karya yang akan di lombakan. Jadi hasil karya bisa unik, tidak pasaran dan mempunyai nilai jual tinggi. Seperti misalnya lomba resep masakan, maka saya akan memeras otak bagaimana cara menciptakan resep masakan yang sehat, lezat, bahan-bahan mudah didapat dan tidak ribet dalam proses membuatnya.

Dalam kesempatan ini saya akan bercerita tentang kisah lomba yang pernah saya ikuti ditahun 2011 yang diselenggarakan oleh fanpage Fitactive. Yaitu sebuah fanpage untuk minuman kemasan bervitamin. Dalam lomba tersebut diharapkan para kontestan membuat kreasi atau prakarya dari botol bekas kemasan minuman fitactive. Boleh di pakai seluruh botolnya atau diambil plastik luarnya saja.

Baru beberapa hari sudah begitu banyak kontestan mengupload foto kreasi kemasan fitactive yang sangat kreatif-kreatif ada yang membuat replika sepeda, membuat jas hujan, bunga plastik, payung dan lain-lain. Sungguh saat itu saya dibuatnya keder sebelum bertanding karena karya kontestan pada wow semua. Begitu cepat mereka membuat kreasi-kreasi yang bagus itu.

Aku terus berfikir bagaimana caranya menciptakan hasil kreasi dari botol fitactive yang unik, menarik dan mengelitik hati juri tentunya. Sambil mengumpulkan botol-botol fitactive yang saya beli dari pemulung, saya tak berhenti berburu ide tersebut.

***

“Adik ini skuter kakak...mana kakak mau pakai dulu”

“Tidak mau, adik juga mau pakai”

“Kakak, Adik...main skuternya berdua ya. Jangan berebut” nasehatku kepada kedua putriku yang sedang berebut main skuter.

“Tidak mau...tidak mau...ini kan skuter kakak yang belikan ayah”

Hurff..namanya anak-anak kalau sudah berebut tidak bisa mendengarkan nasihat untuk bisa berbagi. Dan akhirnya si adik nangis dipelukku karena kalah berebut skuter dengan kakaknya.

Saat itulah cling muncul ide cemerlang untuk membuat kreasi replika skuter atau otoped dari botol bekas fitactive. Ide datang justru saat saya tidak memikirkannya. Mungkin karena pikiran bawah sadarku sudah terprogram bagaimana menciptkan kreasi yang unik. Maka secara langsung jadi merekam segala hal yang ada disekitarku untuk menelurkan ide tersebut. Akhirnya kubujuk adik untuk diam dan menjanjikan dia dengan ku buatkan skuter mainan. Alhamdulillah dia mau diam dan bermain lainnya.

Keesokan harinya setelah semua botol fitactive mulai banyak, kusiapkan semua peralatan seperti gunting, kawat, lakban, lilin, korek api dan lain-lain. Bersama anak-anak saya bekerja untuk menciptakan replika otoped tersebut. Mereka membantu mengunting lakban, memegang botol ketika aku menyambungkannya menjadi replika otoped. Tidak sampai satu hari replika otopedpun jadi dan si kecil senang sekali memainkannya. Di dorong kesana-kemari mondar-mandir bermain bersama kakaknya, tidak berebut lagi. Anak senang mamapun tenang.

Malam harinya setelah anak-anak tidur, aku minta kepada suamiku untuk menjadi model otoped karyaku, dia bersedia ku foto dengan berbagai pose. Setelah edit foto, bismillah upload foto ke fanpagenya. Karena boleh mengirim lebih dari satu kreasi maka saat itu aku mencari ide lagi untuk membuat kreasi lainnya. Terus terang tergiur banget dengan hadiahnya yang begitu cetar membahana badai yaitu dua unit ipad 2 untuk dua pemenang dan uang @Rp. 500.000,00 untuk 16 pemenang. Banyakkan?

Kreasi keduaku adalah tempat sandal plastik gantung dari bahan plastik luar botol fitactive dengan model foto anakku yang kecil. Aku cukup berperan dibalik layar.

***

Hari yang dinantipun tiba, yaitu pengumuman. Tetapi sayang saat itu aku sedang pulang kampung dan tidak membawa modem, jadi tidak bisa melihat hasil pengumuman. Tetapi karena mempunyai banyak teman kuter yang ikut juga dalam kontes itu dan mempunyai nomer hand phoneku, merekapun sms mengucapkan selamat karena ada namaku di urutan kedua sebagai pemenang dengan hadiah satu unit ipad 2.

Sungguh tak percaya rasanya saat membaca sms dari temanku itu. Saking senangnya sampai ku ciumi pipi bapakku yang saat itu sedang duduk bersama di sofa. Padahal selama ini aku tidak pernah menciumnya karena malu sudah besar. Bapakku sampai terheran-heran melihat kegiranganku yang luar biasa.

Senang, haru dan bahagia saat bisa online dan melihat sendiri pengumuman yang sudah keluar, ada dua judul kreasiku di daftar pengumuman yaitu replika otoped dan tempat sandal plastik. Subhanallah semua karyaku ternyata menang. Selain dapat satu unit ipad 2 saya juga memenangkan uang Rp. 500.000,00. Alhamdulillah ucapku lirih tak terasa ada bulir hangat yang menetes. Terharu karena dari sampah botol minuman bisa kusulap menjadi ipad 2 dan uang Rp. 500.000,00. Mungkin benar jika ide itu mahal harganya.

Sampai sekarang saya masih sering memenangkan aneka lomba foto, resep masakan, prakarya maupun audisi menulis. Minimal sebagai kontributor. Hadiahnyapun beragam mulai dari sekedar pulsa, tiket nonton film, buku, voucher discont menerbitkan buku, produk, voucher belanja, uang cash, hand phone, tiket mudik pesawat PP sampai ipad 2 sudah mendapat dua unit. Alhamdulillah. Begitu banyak teman-teman kirim pesan via inbox facebook atau sms dan menanyakan.

“Apa sih rahasianya selalu menang lomba foto mbak?”

“Gimana mbak kok bisa sering lolos audisi nulis?”

“Wah Jeng hokimu gede ya...bagi-bagi resepnya donk, kok bisa menang terus”

“Mau tahu apa mau tahu banget?”

Jawabku bercanda dan emotion tertawa lebar terbaca di ruang chatku dengan si penanya. Akhirnya saya pun membalasnya dengan tips-tips ala saya yang katanya sering menang. Dia nampak puas dengan jawaban tersebut.

Pastinya semua itu tidak lepas dari turut campur tanganNya atas keberhasilan yang sudah saya raih selama ini. Alhamdulillah terimakasih ya Robb atas semua yang terbaik dalam hidupku. Semoga tidak menjadikan aku sombong dan tetap bisa bersyukur, aamiin.

Minggu, 29 September 2013

Inikah Gejala Alzheimer?

Penyakit sering lupaku mulai merugikan orang-orang disekitarku. Aku sudah berusaha bagaimana biar tidak lupa, tapi tetep saja selalu ada yang terlupa

Seperti PR kakak ada yang pernah terlewat olehku tidak ku koreksi dan paraf setelah dikerjakannya. Kelolosan dan akhirnya ada yang salah 1.

"Lho ini kok salah 1 nilainya 90, maaf ya mama lupa tidak koreksi. Habis di buku penghubung tidak tertulis ada PR"

"Besok lagi jangan hanya lihat buku penghubung, untuk lebih amannya cek satu-satu semua bukunya setiap pulang sekolah" sapa ya yang bilang gituu...

"Baiklah"

Sejak saat itu setelah pulang sekolah bahkan sebelum ganti baju setiap habis jemput langsung ku cek semua bukunya, tiap ada PR langsung ku pisahkan dan dikerjakan sore sebelum mengaji.

***

"Tut...tut..tut..." teleponku via hp ke suami tidak terjawab

kakak sudah berangkat di sekolahnya tetapi buku penghubungnya ketinggalan, ternyata waktu menyusun jadwal sekolah buku penghubung ku pisahkan karena setiap hari dibawa. Eh malah tidak masuk tas.

Akhirnya gowes kesekolah bersama adik cuma mengantar buku penghubung. karena ternyata kakak sudah sampai sekolah kudapat info dari satpam sekolah setelah menelponnya.

"Nopo Nok, sory mau ra krungu ngebut" inbox disms

"Gpp, buku kakak ketinggalan tp dah mama antar" send

Dan soal buku ketinggalan ini tidak cuma sekali
Belum lagi yang kelupaan tidak pakai dasi, duk atau lainnya.

"Maaf ya Kak, tadi mama lupa kakak tidak pakai duk"

"Gpp kok Ma, kan ketutupan jilbab" jawabnya polos tidak ada sedikitpun kemarahan sampai membuat mama terharu Nduk

***
Kasus lainnya adalah masalah jam berangkat dan pulang sekolah kakak. Karena jadwal masuknya di gilir seminggu masuk pagi dan seminggu masuk siang. Kalau masuk pagi pukul 06.30 sudah mulai belajar terlambat beberapa menit saja pintu gerbang tertutup dan tidak boleh masuk. Waktu mengantar buku kakak yang ketinggalan aku pernah melihat anak yang terlambat dan hanya bisa duduk berdiri duduk berdiri dan sesekali bersandar di pagar sekolah karena gerbang sudah ditutup dan mungkin si anak juga tidak berani pulang.
Jika masuk pagi pulangnnya pukul 10.30 kecuali hari Jum'at pulang pukul 09.30.

Sedangkan kalau masuk siang normalnya masuk pukul 10.30 dan pulang pukul 13.30 tetapi hari Rabu masuk pukul 09.00 karena ada mapel pramuka. Hari Jum'at masuk pukul 09.30 dan pulang pukul 12.00.

Nah minggu kemarin kakak mendapat giliran masuk pagi pas hari Jum'atnya lagi-lagi saya lupa kalau masuk pagi hari Jum'at pulang pukul 09.30 dan saya menjemput seperti biasa pukul 10.30. Itupun baru teringat kalau itu adalah hari Jum'at akhirnya dalam perjalan ke sekolah aku ngebut dan berharap kakak tidak marah karena kelalaianku ini.

Dan ternyata sampai di sekolah sudah sepi tak satupun ku temukan anak siswa kelas 1 teman kakak dan tidak seperti biasa satpampun tidak berada di tempat. Tanpa pikir panjang masih dengan nafas ngos-ngosan ku telp pak Fian satpam sekolah kakak. Ternyata kakak sudah diantar ke rumah oleh beliau. Ini adalah untuk kedua kalinya kakak di pulang diantar satpam karena dulu pernah pulang lebih awal tanpa pemberitahuan dari orang tua.

Huaaa...tambah dag dig dug hati ini sudah bisa di pastikan kakak akan menangis karena mendapati rumah kosong. Lagi-lagi ku gowes sepeda miniku bersama adik didepan, aku tak peduli lagi dengan peluh yang menganak sungai dalam tubuhku hingga membuat bajuku basah kuyup. Sepertinya saat itu bumi Jakarta benar-benar membutuhkan paracetamol. Bayangkan hanya wajah kakak saja yang ada dan fokus segera sampai ke rumah. Dan tiba-tiba,

"Prakkk..."

Ban sepeda depanku mencium roda depan motor laki-laki yang mau nyeberang dan hanya menengok ke satu arah. Memang aku yang salah karena melawan arus, mau ngerem sudah tidak sampai. Dan hanya bisa berucap maaf sambil pasang senyum manis yang terpaksa ku ciptakan. Setelahnya aku ngacir penuh dengan rasa bersalah, ya sama kakak ya sama orang itu belum lagi adikyang sedang ceriwis tanya ini itu kuminta diam karena mama sedang ngebut. Dan diapun diam menyanyi sendiri. Oh maafkan aku buat semuanya ( kakak, adik, satpam, laki-laki itu dan suamiku ) maaf jika aku belum juga bisa memberikan yang terbaik.

Baru sampai di pertigaan rumah aku sudah disambut para tetangga yang lapor,

"Mama Ais itu Aisha nagis, ditinggal kemana sih?" kata bu Urip tetanggaku

"Bu..anaknya nagis di rumah sendirian" kata laki-laki tua tak begitu ku kenal

"Ngih Buk, Pak, suwun nggih niki wau tlisipan ting ndalan. kulo telat metuk ternyata sampung di ter kalih satpam" jawabku dengan bahasa jawa tanpa turun dari sepeda.

Dannnn...telah kudapati seorang muslimah cilik yang badannya tertutup baju muslim warna pink, menangis disudut kursi rotan teras rumah. Matanya merah, bengkak bahkan suara tangisnya pun nyaris tak terdengar.

"Kakakkkkk...." ku peluk dia sambil minta maaf merasa sangat bersalah sesekali menciuminya.

"Maafkan mama ya Kak, mama tadi lupa. Telat jemput kakak"

"Ka..ka..kakak sedih Ma, kakak takut pas di rumah ti..ti..tidak ada mama. Ka..ka..kak sampai ngintip-ngintip semua jendela tetapi tidak ada mama sama adik hu...hu..hu.." balasnya terbata-bata dipelukku sambil nangis.

"Iya..iya..mama yang salah, mama minta maaf ya Kak" kataku sambil melonggarkan pelukan dan memberinya air minum dari bekalnya dalam tas.

"Mama sih, jemput kakak telat. Kakak jadinya nanis. Besok jangan diulang-ulang lagi ya" pesan si kecil kepadaku yang membuatku tambah merasa bersalah.

***

Ini adalah bebarapa peristiwa kecil karena kelalaianku, dan masih banyak lagi lupa-lupa yang lainnya dalam setiap hariku. Seperti minggu kemarin saat mengambil hadiah kontes foto di Mall Ciputra, ada saja syarat administrasi yang terlupa juga.

Dan tadi pagi sebuah teguran kecil yang datang karena kepikunanku ini, membuatku menitihkan airmata. Maafkan aku, hanya itu yang bisa kuucapkan, ini memang salahku. Aku sedang berusaha untuk memperbaiki diri.

Ya Allah benarkah ini adalah gejala kepikunan, benarkah aku akan mengalami kepikunan dini yang akhirnya akan menjadi Alzheimer. Ya Allah betapa kasihan mereka, orang-orang yang tidak bersalah harus menerima semua kelalaianku ini. Ya Allah tunjukanlah jalan bagaimana cara meminimalkan rasa lupaku yang mulai menjadi ini.

Seandainya boleh aku meminta, maka buatlah saja aku lupa dengan satu masa lalu burukku yang pernah ada, yang pernah kualami hingga membuatku terluka. Ya Allah jika boleh aku meminta tolong jangan biarkan mereka menerima segala keburukan dari kepikunanku ini. #Sambilbrowsingtentangkepikunandini

Senin, 05 Agustus 2013

Aku Cinta Mahkotaku


Di tengah jam pelajaran, aku mencoba kirim pesan via tulisan di bukuku kemudian kusodorkan kepadanya.

Ratri, Kamu...kenapa sih muka jelek gitu. Tidak secantik biasanya?

Aku lagi bingung banget An, nanti deh kuceritain

Kubaca sebaris kalimat balasan dibawah pesanku tadi. Sepertinya memang ada masalah berat karena Ratri kelihatan sekalut itu. Kulihat sesekali dia memukul-mukulkan bolpennya di sudut meja, kemudian membuat coretan tidak jelas dibuku. Dan kakinya tidak berhenti bergoyang-goyang. Aku tahu ini tandanya Ratri sedang gelisah.

***

 “Ada apa Rat?”

“An, kakakku mau menikah”

Ratri mulai bercerita dan menurutnya calon suami kakaknya minta surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa kakaknya masih perawan. Padahal kakak Ratri sudah tidak perawan lagi karena terjerumus dalam pergaulan bebas oleh karena itu dia meminta kepada Ratri untuk cek ke dokter dan membubuhkan namanya diatas surat tersebut.

“Hemm...begitu ya, terus kenapa kamu menangis?, kan tinggal cek up kasih data palsu dan berikan ke kakakmu. Iya kan?”

Tangis Ratri mulai menjadi saat dia berkata jujur bahwa dirinya sebenarnya juga sudah tidak perawan karena pacaran yang kelewat batas.

“Astagfirullah...” sungguh aku terperanjat dibuatnya

***

Siang itu sepulang sekolah, masih mengenakan seragam putih abu-abu kami bertiga berkeliling di komplek perumahan Tlogosari. Tiba-tiba Ratri menghentikan langkahnya.

“Ada apa Rat, kok berhenti?” tanya Naning temanku

“Jadi nanti kalau sudah sampai di klinik, siapa yang mau untuk tes keperawanan?” tanya Ratri

“Yang pasti jangan aku ya, karena sesungguhnya aku juga sudah tidak perawan. Maaf” jawab Naning sambil mulai terisak

Astagfirullah..

Entah ini istigfar yang keberapa kali telah kuucapkan dari pagi hingga siang itu. Belum habis rasa tidak percayaku atas pengakuan Ratri yang sudah tidak perawan dan sekarang Naningpun menyatakan kalau dirinya juga sudah tidak perawan.

Kenapa sih, tidak ada sedikitpun rasa cinta kepada mahkota kalian? hingga tak mampu menjaganya dengan baik. Oh mahkotaku, aku mencintaimu. Hanya kepada suamikulah kelak engkau akan terkoyak.

Selingkuh


“Sudahlah Al, biarkan aku pergi dan jangan ganggu lagi”

Seru Fara diantara isak tangisnya sambil mengemas semua pakaian dan surat-surat penting ke dalam kopernya. Sementara Alvin terus memohon kepada Fara untuk tidak pergi meninggalkannya.

“Please...Fara, jangan tinggalkan aku”

“Terus kenapa, kamu mau dengan seenaknya minta maaf dan mengulanginya lagi seperti yang sudah-sudah. Begitukah hah!”

Bentak Fara kepada Alvin tepat dimukanya. Alvin hanya diam dan menunduk.

***

Sejak mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dalam sebuah ikatan tunangan. Alvin telah berkali-kali selingkuh dibelakang Fara. Dan entah bagaimana, setiap perselingkuhan Alvin pasti diketahui oleh Fara. Mungkin benar sebuah pepatah yang berbunyi “sepandai-pandainya seseorang menyimpan bangkai, suatu saat akan tercium juga”

Selama itu pula Fara selalu memberikan maaf kepada Alvin atas penghianatan yang dilakukan bertubi. Namun saat itu, Fara benar-benar marah besar dan minta cerai tidak peduli lagi dengan janin yang dikandungnya akan kehilangan sosok seorang bapak. Sakit dan derita yang dia rasakan sudah begitu dalam. Menurutnya terlalu lelah untuk memaafkan kesalahan yang sama pada orang yang sama.

Fara malu untuk bercerita yang sebenarnya kepada orang tuanya atau teman sekedar curhat. Selama ini hanya dia simpan sendiri rasa sakit yang ada. Tetapi dia mulai putus asa dan merasa bahwa pernikahannya yang baru seumur jagung tidak bisa dipertahankan lagi.

Seperti biasa, jika sedang penat Fara menghabiskan diri dengan menulis. Malam itupun dia menulis sebanyak-banyaknya hingga tertidur didepan laptopnya. Alvin berusaha mengangkat tubuh Fara untuk memindahkan ke dalam kamar. Fara mengeliat, bangun dan kembali marah membabi buta.

“Jangan sentuh aku!”

“Di lantai dingin Fara, nanti kamu sakit”

“Apa pedulimu?”

“Aku mencintaimu Fara” ucap Alvin lirih sambil jongkok dan mencium perut Fara yang mulai membuncit.

“Kalau cinta ya jangan selingkuh!, besok aku pergi”

Fara tidak habis fikir kenapa suaminya kembali berkhianat.

Ya Tuhan, sejak kapan suamiku mencintai Andre temanku?