Senin, 05 Agustus 2013

Aku Cinta Mahkotaku


Di tengah jam pelajaran, aku mencoba kirim pesan via tulisan di bukuku kemudian kusodorkan kepadanya.

Ratri, Kamu...kenapa sih muka jelek gitu. Tidak secantik biasanya?

Aku lagi bingung banget An, nanti deh kuceritain

Kubaca sebaris kalimat balasan dibawah pesanku tadi. Sepertinya memang ada masalah berat karena Ratri kelihatan sekalut itu. Kulihat sesekali dia memukul-mukulkan bolpennya di sudut meja, kemudian membuat coretan tidak jelas dibuku. Dan kakinya tidak berhenti bergoyang-goyang. Aku tahu ini tandanya Ratri sedang gelisah.

***

 “Ada apa Rat?”

“An, kakakku mau menikah”

Ratri mulai bercerita dan menurutnya calon suami kakaknya minta surat keterangan dari dokter yang menyatakan bahwa kakaknya masih perawan. Padahal kakak Ratri sudah tidak perawan lagi karena terjerumus dalam pergaulan bebas oleh karena itu dia meminta kepada Ratri untuk cek ke dokter dan membubuhkan namanya diatas surat tersebut.

“Hemm...begitu ya, terus kenapa kamu menangis?, kan tinggal cek up kasih data palsu dan berikan ke kakakmu. Iya kan?”

Tangis Ratri mulai menjadi saat dia berkata jujur bahwa dirinya sebenarnya juga sudah tidak perawan karena pacaran yang kelewat batas.

“Astagfirullah...” sungguh aku terperanjat dibuatnya

***

Siang itu sepulang sekolah, masih mengenakan seragam putih abu-abu kami bertiga berkeliling di komplek perumahan Tlogosari. Tiba-tiba Ratri menghentikan langkahnya.

“Ada apa Rat, kok berhenti?” tanya Naning temanku

“Jadi nanti kalau sudah sampai di klinik, siapa yang mau untuk tes keperawanan?” tanya Ratri

“Yang pasti jangan aku ya, karena sesungguhnya aku juga sudah tidak perawan. Maaf” jawab Naning sambil mulai terisak

Astagfirullah..

Entah ini istigfar yang keberapa kali telah kuucapkan dari pagi hingga siang itu. Belum habis rasa tidak percayaku atas pengakuan Ratri yang sudah tidak perawan dan sekarang Naningpun menyatakan kalau dirinya juga sudah tidak perawan.

Kenapa sih, tidak ada sedikitpun rasa cinta kepada mahkota kalian? hingga tak mampu menjaganya dengan baik. Oh mahkotaku, aku mencintaimu. Hanya kepada suamikulah kelak engkau akan terkoyak.

Selingkuh


“Sudahlah Al, biarkan aku pergi dan jangan ganggu lagi”

Seru Fara diantara isak tangisnya sambil mengemas semua pakaian dan surat-surat penting ke dalam kopernya. Sementara Alvin terus memohon kepada Fara untuk tidak pergi meninggalkannya.

“Please...Fara, jangan tinggalkan aku”

“Terus kenapa, kamu mau dengan seenaknya minta maaf dan mengulanginya lagi seperti yang sudah-sudah. Begitukah hah!”

Bentak Fara kepada Alvin tepat dimukanya. Alvin hanya diam dan menunduk.

***

Sejak mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih dalam sebuah ikatan tunangan. Alvin telah berkali-kali selingkuh dibelakang Fara. Dan entah bagaimana, setiap perselingkuhan Alvin pasti diketahui oleh Fara. Mungkin benar sebuah pepatah yang berbunyi “sepandai-pandainya seseorang menyimpan bangkai, suatu saat akan tercium juga”

Selama itu pula Fara selalu memberikan maaf kepada Alvin atas penghianatan yang dilakukan bertubi. Namun saat itu, Fara benar-benar marah besar dan minta cerai tidak peduli lagi dengan janin yang dikandungnya akan kehilangan sosok seorang bapak. Sakit dan derita yang dia rasakan sudah begitu dalam. Menurutnya terlalu lelah untuk memaafkan kesalahan yang sama pada orang yang sama.

Fara malu untuk bercerita yang sebenarnya kepada orang tuanya atau teman sekedar curhat. Selama ini hanya dia simpan sendiri rasa sakit yang ada. Tetapi dia mulai putus asa dan merasa bahwa pernikahannya yang baru seumur jagung tidak bisa dipertahankan lagi.

Seperti biasa, jika sedang penat Fara menghabiskan diri dengan menulis. Malam itupun dia menulis sebanyak-banyaknya hingga tertidur didepan laptopnya. Alvin berusaha mengangkat tubuh Fara untuk memindahkan ke dalam kamar. Fara mengeliat, bangun dan kembali marah membabi buta.

“Jangan sentuh aku!”

“Di lantai dingin Fara, nanti kamu sakit”

“Apa pedulimu?”

“Aku mencintaimu Fara” ucap Alvin lirih sambil jongkok dan mencium perut Fara yang mulai membuncit.

“Kalau cinta ya jangan selingkuh!, besok aku pergi”

Fara tidak habis fikir kenapa suaminya kembali berkhianat.

Ya Tuhan, sejak kapan suamiku mencintai Andre temanku?