Minggu, 29 September 2013

Inikah Gejala Alzheimer?

Penyakit sering lupaku mulai merugikan orang-orang disekitarku. Aku sudah berusaha bagaimana biar tidak lupa, tapi tetep saja selalu ada yang terlupa

Seperti PR kakak ada yang pernah terlewat olehku tidak ku koreksi dan paraf setelah dikerjakannya. Kelolosan dan akhirnya ada yang salah 1.

"Lho ini kok salah 1 nilainya 90, maaf ya mama lupa tidak koreksi. Habis di buku penghubung tidak tertulis ada PR"

"Besok lagi jangan hanya lihat buku penghubung, untuk lebih amannya cek satu-satu semua bukunya setiap pulang sekolah" sapa ya yang bilang gituu...

"Baiklah"

Sejak saat itu setelah pulang sekolah bahkan sebelum ganti baju setiap habis jemput langsung ku cek semua bukunya, tiap ada PR langsung ku pisahkan dan dikerjakan sore sebelum mengaji.

***

"Tut...tut..tut..." teleponku via hp ke suami tidak terjawab

kakak sudah berangkat di sekolahnya tetapi buku penghubungnya ketinggalan, ternyata waktu menyusun jadwal sekolah buku penghubung ku pisahkan karena setiap hari dibawa. Eh malah tidak masuk tas.

Akhirnya gowes kesekolah bersama adik cuma mengantar buku penghubung. karena ternyata kakak sudah sampai sekolah kudapat info dari satpam sekolah setelah menelponnya.

"Nopo Nok, sory mau ra krungu ngebut" inbox disms

"Gpp, buku kakak ketinggalan tp dah mama antar" send

Dan soal buku ketinggalan ini tidak cuma sekali
Belum lagi yang kelupaan tidak pakai dasi, duk atau lainnya.

"Maaf ya Kak, tadi mama lupa kakak tidak pakai duk"

"Gpp kok Ma, kan ketutupan jilbab" jawabnya polos tidak ada sedikitpun kemarahan sampai membuat mama terharu Nduk

***
Kasus lainnya adalah masalah jam berangkat dan pulang sekolah kakak. Karena jadwal masuknya di gilir seminggu masuk pagi dan seminggu masuk siang. Kalau masuk pagi pukul 06.30 sudah mulai belajar terlambat beberapa menit saja pintu gerbang tertutup dan tidak boleh masuk. Waktu mengantar buku kakak yang ketinggalan aku pernah melihat anak yang terlambat dan hanya bisa duduk berdiri duduk berdiri dan sesekali bersandar di pagar sekolah karena gerbang sudah ditutup dan mungkin si anak juga tidak berani pulang.
Jika masuk pagi pulangnnya pukul 10.30 kecuali hari Jum'at pulang pukul 09.30.

Sedangkan kalau masuk siang normalnya masuk pukul 10.30 dan pulang pukul 13.30 tetapi hari Rabu masuk pukul 09.00 karena ada mapel pramuka. Hari Jum'at masuk pukul 09.30 dan pulang pukul 12.00.

Nah minggu kemarin kakak mendapat giliran masuk pagi pas hari Jum'atnya lagi-lagi saya lupa kalau masuk pagi hari Jum'at pulang pukul 09.30 dan saya menjemput seperti biasa pukul 10.30. Itupun baru teringat kalau itu adalah hari Jum'at akhirnya dalam perjalan ke sekolah aku ngebut dan berharap kakak tidak marah karena kelalaianku ini.

Dan ternyata sampai di sekolah sudah sepi tak satupun ku temukan anak siswa kelas 1 teman kakak dan tidak seperti biasa satpampun tidak berada di tempat. Tanpa pikir panjang masih dengan nafas ngos-ngosan ku telp pak Fian satpam sekolah kakak. Ternyata kakak sudah diantar ke rumah oleh beliau. Ini adalah untuk kedua kalinya kakak di pulang diantar satpam karena dulu pernah pulang lebih awal tanpa pemberitahuan dari orang tua.

Huaaa...tambah dag dig dug hati ini sudah bisa di pastikan kakak akan menangis karena mendapati rumah kosong. Lagi-lagi ku gowes sepeda miniku bersama adik didepan, aku tak peduli lagi dengan peluh yang menganak sungai dalam tubuhku hingga membuat bajuku basah kuyup. Sepertinya saat itu bumi Jakarta benar-benar membutuhkan paracetamol. Bayangkan hanya wajah kakak saja yang ada dan fokus segera sampai ke rumah. Dan tiba-tiba,

"Prakkk..."

Ban sepeda depanku mencium roda depan motor laki-laki yang mau nyeberang dan hanya menengok ke satu arah. Memang aku yang salah karena melawan arus, mau ngerem sudah tidak sampai. Dan hanya bisa berucap maaf sambil pasang senyum manis yang terpaksa ku ciptakan. Setelahnya aku ngacir penuh dengan rasa bersalah, ya sama kakak ya sama orang itu belum lagi adikyang sedang ceriwis tanya ini itu kuminta diam karena mama sedang ngebut. Dan diapun diam menyanyi sendiri. Oh maafkan aku buat semuanya ( kakak, adik, satpam, laki-laki itu dan suamiku ) maaf jika aku belum juga bisa memberikan yang terbaik.

Baru sampai di pertigaan rumah aku sudah disambut para tetangga yang lapor,

"Mama Ais itu Aisha nagis, ditinggal kemana sih?" kata bu Urip tetanggaku

"Bu..anaknya nagis di rumah sendirian" kata laki-laki tua tak begitu ku kenal

"Ngih Buk, Pak, suwun nggih niki wau tlisipan ting ndalan. kulo telat metuk ternyata sampung di ter kalih satpam" jawabku dengan bahasa jawa tanpa turun dari sepeda.

Dannnn...telah kudapati seorang muslimah cilik yang badannya tertutup baju muslim warna pink, menangis disudut kursi rotan teras rumah. Matanya merah, bengkak bahkan suara tangisnya pun nyaris tak terdengar.

"Kakakkkkk...." ku peluk dia sambil minta maaf merasa sangat bersalah sesekali menciuminya.

"Maafkan mama ya Kak, mama tadi lupa. Telat jemput kakak"

"Ka..ka..kakak sedih Ma, kakak takut pas di rumah ti..ti..tidak ada mama. Ka..ka..kak sampai ngintip-ngintip semua jendela tetapi tidak ada mama sama adik hu...hu..hu.." balasnya terbata-bata dipelukku sambil nangis.

"Iya..iya..mama yang salah, mama minta maaf ya Kak" kataku sambil melonggarkan pelukan dan memberinya air minum dari bekalnya dalam tas.

"Mama sih, jemput kakak telat. Kakak jadinya nanis. Besok jangan diulang-ulang lagi ya" pesan si kecil kepadaku yang membuatku tambah merasa bersalah.

***

Ini adalah bebarapa peristiwa kecil karena kelalaianku, dan masih banyak lagi lupa-lupa yang lainnya dalam setiap hariku. Seperti minggu kemarin saat mengambil hadiah kontes foto di Mall Ciputra, ada saja syarat administrasi yang terlupa juga.

Dan tadi pagi sebuah teguran kecil yang datang karena kepikunanku ini, membuatku menitihkan airmata. Maafkan aku, hanya itu yang bisa kuucapkan, ini memang salahku. Aku sedang berusaha untuk memperbaiki diri.

Ya Allah benarkah ini adalah gejala kepikunan, benarkah aku akan mengalami kepikunan dini yang akhirnya akan menjadi Alzheimer. Ya Allah betapa kasihan mereka, orang-orang yang tidak bersalah harus menerima semua kelalaianku ini. Ya Allah tunjukanlah jalan bagaimana cara meminimalkan rasa lupaku yang mulai menjadi ini.

Seandainya boleh aku meminta, maka buatlah saja aku lupa dengan satu masa lalu burukku yang pernah ada, yang pernah kualami hingga membuatku terluka. Ya Allah jika boleh aku meminta tolong jangan biarkan mereka menerima segala keburukan dari kepikunanku ini. #Sambilbrowsingtentangkepikunandini