Alhamdulillah telah terbit antologiku yang ke - 3
Saya
sebenarnya kurang suka dengan lelaki tipe romantis, namun apa daya mungkin ini
sudah takdirku pada akhirnya bersuami justru dengan lelaki yang sangat romantis
(suamiku). 2 tahun hubungan jarak jauh Batam-Semarang, 5 tahun Sampit-Semarang
dan 6 tahun hidup serumah, terlalu banyak momment romantis kami. Banyak kejutan
kecil tercipta untukku, seperti kirim telegram sekedar mengigatkan untuk makan,
mengirimkan snack kesukaanku, kaset, novel bahkan pernak pernik kecil yang tak pernah
kuduga.
Kejutan
terbesar dalam hidupku adalah, waktu hari ultahku ke-21 dia masih dinas di
Sampit dan aku menjalani kuliahku di Semarang. Sepulang kuliah biasanya aku
langsung pulang dengan temanku karena harus menyelesaikan pekerjaan toko
(kuliah sambil bekerja). Namun hari itu, sahabatku (Umi) menahannya sambil
bilang “kita santai dulu di kantin yuk” , aku tidak bisa menolak ajakannya.
Akhirnya kami santai di kantin sambil memesan minuman. “Di hari ultahmu ini,
kamu mau kado apa Yan?” tanya sahabatku yang lain (Widi) membuka obrolan kami.
Sampai snack dalam mulutku habis, aku baru menjawabnya “Aku mau sehat selalu
dan bahagia” begitu jawabku. Mereka hanya manggut-manggut mendengarnya. Sampai
terdengar suara dering dari hp ku, ku lihat sebuah nama dan foto sudah tidak
asing lagi muncul di layar. Segera ku terima dengan salam
“Assalamu’alaikum...”. “Wa’alaikumsayang...” suara dari seberang menjawabnya,
spontan ku tegur...”Lho kok jawabnya Wa’alaikumsayang..?? dosa lho”. Singkat
cerita dia bilang mau menjemputku pulang kuliah dihari istimewa ini, jelas tdk
mungkin pikirku, dia kan sedang di Sampit.
Tapi
ternyata dengan burung besi dia terbang dari Sampit ke Semarang dengan sepuluh
mawar merah ditangannya menjemput aku di kampus hanya untuk mengucapkan selamat
ulang tahun dan ternyata oh ternyata kedua sahabatku sudah ditelpon lebih dulu
olehnya tentang kejutan ini, untuk menahan aku pulang sampai dia datang, pantas
tidak biasanya mereka ngajak nongkrong di kantin sepulang kuliah. Duh
terharunya aku waktu itu, melihat langkahnya melenggang memasuki gerbang kampus
menuju kantin masih dengan ransel besar dipunggungnya dan seikat mawar merah
segar lengkap dengan plastik transparan sebagai pembungkusnya. Jantungku
berdetak kuat tak beraturan, rasanya mau meledak saja saking gembiranya.
Kujabat tangan dan ku cium punggung tangannya tak lupa mengucapkan salam dan
dibalasnya sambil mencium keningku, disusul iringan lagu selamat ulang tahun
dari teman-temanku dan ada yang keluar dari dapur kantin membawa kue tart ultahku,
sepertinya semua memang sudah terencana. Bahagianya aku hari itu, kupeluk dia
sambil berlinang air mata bahagia. Akhirnya ultahku dirayakan di kantin kampus.
Masih ku simpan hagtag dari seikat mawar itu dengan bait tulisan sebagai berikut
:
“10
ROSES FOR LOVE”
“This
rose is for friendship”
“This
rose is for love”
“This
rose is for money”
“This
rose is for happiness”
“This
rose is for popularity”
“This
rose is for knowledge”
“This
rose is for cuteness”
“This
rose is for family”
“This
rose is for honesty”
“This
rose is for life”
Dan
itulah kado terindah selama hidupku dari suamiku yang begitu romantis. Bahkan
sampai sekarang dengan hadirnya 2 bidadari kecil yang telah melengkapi
kebahagian kami, romantisnya tidak berkurang sedikitpun. Hanya dikemas sedikit
berbeda, dengan melibatkan anak-anak didalamnya seperti suatu hari kami sedang
menikmati liburan di taman kota. Suamiku sedang bermain bola dengan kedua
putriku dan aku sedang menyiapkan bekal untuk makan siang. Tanpa kusadari
mereka bertiga berlomba lari menuju kearahku dan hanya untuk menciumku.
Kemudian suamiku dengan bangganya melompat sambil berteriak “Horeeee...Ayah
menang”. Oohhh...baru sadar rupanya mereka bertiga habis lomba lari untuk
menciumku hehe..., semoga romantis itu tak pernah terkikis oleh waktu dan usia.